Kamis, 02 September 2010

Sekilas Renungan Ttg :

Keikhlasan

Pintar,cerdas, dan berbagai kemampuan kognitif, afektif serta psikomotor bukan hanya potensi anak orang kaya ,pejabat dan jabatan atau status sosial tinggi yang memiliki fasilitas belajar yang lengkap dan ditunjang oleh gizi yang sempurna, namun kecerdasan itu adalah potensi yang diberikan oleh Allah kepada semua manusia dan tugas kita sebagai orang tua,guru ataupun orang dewasa disekitar anak untuk mengidentifikasi dan mengawal kecerdasan anak itu agar tumbuh berkembang secara wajar , pesat dan terarah dengan cara mendidiknya.

Mengidentifikasi dan mengawal kecerdasan anak tidaklah semudah diucapkan ,dipikirkan dan dirancang prosesnya bila dalam benak kita tidak ada keikhlasan dan ketulusan hati untuk menjalaninya sebab hal itu lebih cenderung bersifat bathiniah dan sumber kekuatan penggerak bathin sudah tentu berasal dari dalam bathin juga ,jika keduanya sudah terconect dengan baik maka barulah proses dapat berjalan dengan lancar.

Penulis merasa terkesan dengan semboyan BRI yaitu melayani dengan setulus hati , dan sering terbetik dalam hati seandainya itu adalah semboyan para pendidik dan benar – benar diterapkan sudah tentu membangun karakter anak bangsa melalui pendidikan tidak hanya sekedar wacana dan bukan sebagai satu kewajiban semata namun memang sudah menjadi satu kebutuhan bahkan akan membudaya sebagai karakter mendidik .

Berdasarkan pengalaman penulis dalam menangani masalah siswa baik masalaj belajar maupun perilaku, ketulusan hati dan keikhlasan dalam melakukan dan menerapkan konsep pengubahan yang telah dirancang sangatlah efektif untuk mencapai perubahan sebab perilaku dalam proses menangani itupun sudah menjadi satu duplikasi bagi siswa dimana ia merasa diperlakukan dengan baik dan merasa diarahkan kepada hal – hal yang benar sehingga timbul kepercayaannya terhadap apa yang kita sampaikan kepdanya dan tanpa paksaan, iapun dengan ikhlas melaksanakan apa yang kita harapkan.

Sikap setengah hati atau ogah – ogahan dalam menangani siswa baik untuk belajar dan perilaku akan menimbulkan rasa malas dan putus asa dalam diri kita dan hal itu akan terasa oleh anak sehingga ia pun akan merasa bosan bahkan akan menjauh dari kita. Namun biasanya hal ini tidak kita sadari, kadang kita sudah merasa maksimal dalam usaha tetapi kita tidak pernah tahu bahwa kuncinya belum terbuka sehingga semua usaha kita hanya mentok dihadapan anak tanpa mampu menyentuh relung hatinya sehingga perubahan pun tak pernah terjadi sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.

Surah Al-Ashr ayat 1 – 3 menyatakan, Bismillahirrahmanirrahiim "Demi masa. (1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (2) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. (3)” . Dalam konteks pendidikan surah ini dapat bermakna bahwa upaya yang dilakukan tidak akan ada hasilnya tanpa adanya keikhlasan dari seseorang untuk melakukannya…

Jika anda menghadapi seorang anak atau siswa yang menurut anda sangat luar biasa perilakunya bahkan mungkin anda sudah mendapat info ttg kejelekan perilakuknya, maka cobalah tatap anak itu dalam-dalam, tataplah dengan mata hati anda, resapkanlah dalam jiwa anda dan tanamkan dalam hati anda bahwa sesungguhnya dia tidak tahu tentang hal itu dan siapakah yang yang harus memberitahunya ? jawabannya adalah anda sendiri sebagai orang tua, guru, pendidik atau orang dewasa disekitar anak. Dan itu adalah kewajiban anda . Jika untuk memberitahu sudah dianggap sebagai kewajiban maka setiap kali pasti akan dilaksanakan dan suatu hal yang selalu dilaksanakan atau berulangkali dilakukan maka hal itu akan menjadi satu kebiasaan dan kebiasaan itu akan menjadi karakter anda. Nah demikian pula dengan siswa atau anak jika ia sudah melakukan suatu perbuatan secara berulang maka itu akan menjadi kebiasaannya dan nantinya kebiasaan itu yang akan menjadi karakternya.

Memang tidak mudah menjadi seorang guru bukan hanya dalam hal menyiapkan administrasinya tapi yang lebih mendalam adalah implementasi dari apa yang telah kita rancang dalam administrasi pembelajaran itu keduanya sama pentingnya karena keduanya adalah komponen dari satu sistem pendidikan. Ibarat pohon, wujud atau hasil pembelajaran yang kita laksanakan adalah buah dari pohon itu .